PERAN PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN DI PERBATASAN DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (Studi Kasus: Kabupaten Bengkayang-Kalimantan Barat)

Authors

  • Sabinus Beni Program Studi Kewirausahaan, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Shanti Bhuana
  • Yosua Damas Sadewo Program Studi Kewirausahaan, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Shanti Bhuana

DOI:

https://doi.org/10.46984/sebatik.v23i2.812

Keywords:

Perbatasan, Kewirausahaan, Era 4.0, Pembangunan, Kemiskinan.

Abstract

Revolusi industri keempat (Era 4.0) dicirikan oleh kompleksnya persoalan yang akan dihadapi penduduk dunia. Semua jenis pekerjaan akan semakin kompleks. Hal ini disebabkan kombinasi globalisasi dengan teknologi informasi yang kecepatan perkembangannya sangat di luar dugaan. Salah satu persoalan dewasa ini adalah penciptaan lapangan kerja dan salah satu peluang industri 4.0 yaitu integrasi Usaha Kecil Menengah dan kewirausahaan. Program Studi Kewirausahaan menjadi salah satu solusi dalam menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi revolusi industri keempat. Daerah perbatasan merupakan garda terdepan dalam menggambarkan kemajuan suatu bangsa, program studi kewirausahaan menjawab semua permasalahan dalam proses pembangunan perbatasan. Dengan hadirnya program studi kewirausahaan di perbatasan Kabupaten Bengkayang sangat mendapatkan apresisasi dari masyarakat dan pemerintah, dimana kelak lulusannya dapat menjadi para entrepreneur maupun intrapreneur yang secara tidak langsung dapat meningkatakan rasa nasionalisme dan jiwa patriotik masyarakat perbatasan dikarenakan masyarakat sudah sejahtera dan tidak mengandalkan malaysia (Sarawak) sebagai temapat untuk mencari pekerjaan. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif yang dilakukan di perbatasan Indonesia (Kabupaten Bengkayang-Kalimantan Barat) dengan Malaysia (Sarikin-Sarawak) dengan mayoritas penduduknya sebagai petani dan sepenuhnya bergantung kepada Malaysia untuk pemasaran hasil-hasil pertanian dan perkebunan.hasil penelitian menunjukkan bahwa peran program studi kewirausahaan memberikan dampak sangat besar bagi perubahan masyarakat perbatasan, dimana pada awalnya masih berorientasi pada produk bahan baku yang langsung dijual ke Malaysia berubah kearah penambahan nilai tambah produk yang dapat meningkatkan pendapatan.

 

References

Alfarisi, M.S. 2018. IPTEK Bagi Masyarakat: Penerapan IoT Dengan Smartphone Pasa SMK Plus Al-Musyarrofah Sebagai Upaya Pencapaian Sustainable Development Goal Tujuan 4 Target 3. Sebatik, 22 (2), 107-110.
Agung, I. 2012. Kajian Penyelenggaraan Pendidikan Di Daerah Perbatasan. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI, 7 (2), 173-184.
Beni, S. & Manggu, B. 2018. Program Keluarga Harapan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha. Jurkami 3 (2), 150-160.
Dally, I.A. 2018, Revolusi Industri 4.0: Dampak dalam Berbagai Aspek, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Hoedi, P., & Wahyudi, S. 2018 Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset, Jurnal Teknik Industri Universitas Diponegoro, 13 (1), Januari 2018.
Kurniawan, A.H. & Tunggul. B. 2019. Evaluasi E-Learning STMIK Sentra Pendidikan Bisnis Airlangga Samarinda. Sebatik, 23 (1), 65-71.
Schwab, K. 2017. The Fourth Industrial Revolution. https://doi.org/10.17226/24699
Sadewo, Y.D. 2017. Entrepreneurship Education in Border As the realization of National Development and National Resilience. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Shanti Bhuana, Bengkayang.
Sadewo, Y.D. 2017. Hambatan Dan Tantangan Program Studi Kewirausahaan Di Wilayah Perbatasan. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Shanti Bhuana, Bengkayang.
Wibowo, A. 2011. Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yahya, M. 2018, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Professor Tetap dalam Bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Tanggal 14 Maret 2018.

Downloads

Published

2019-12-01

How to Cite

Beni, S. and Sadewo, Y. D. (2019) “PERAN PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN DI PERBATASAN DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (Studi Kasus: Kabupaten Bengkayang-Kalimantan Barat)”, Sebatik, 23(2), pp. 561–567. doi: 10.46984/sebatik.v23i2.812.